Future 1.0  

Posted by Font

Sejak saat ini aku masih terlalu pesimis dengan FKUH sehingga aku berusah mencari FK degan passinggrade terendah. UNMUL dengan passing grade 31.5 kukira cukup mengimbangi kemampuanku.

Aku menjadi satu-satunya anak jubel yang lulus di FKUNMUL tahun pertama aku di Samarinda ya bisa dibilang agak berat utamanya pada awal masuk kuliah dimana banyak hal yang diurus. Setiap hari raya atau libur kuliah aku sempakan pulang ke Majene. tentu saja karena hanya dengan naik feri dari Balikpapan ke Mamuju atau Pare-Pare aku bisa menghemat biaya penerbangan Samarinda-Makassar sampai 200.0000.

Akhir semester kedua aku mulai mengurus beberapa beasiswa tentu saja aku lulus dengan sedikitnnya pesaing. Ya karena kebanyakan temanku itu JNS yang untuk orang-orang kaya. Kirimanpun bisa kuperkecil dan sebagian kutabung untuk buku,keperluan mendadak dan kebutuhan tersier lainnya dan tentunya juga sewa pulkam.Sampai tahun ke 3 aku menjadi mahasiswa terbaik di jurusanku dan di semester 7 aku sudah berhak menyelesaikan studiku dan ikut co-as dengan beberapa kakak kelasku. Co-asku-pun mengalami akselarasi karena aku sengaja memburu jadwal wisuda. Tepat 4.5 tahun aku kuliah, akupun berhak mendapat gelar dr. Muhammad Zulkifli. Karena wisudaku hampir bersamaan dengan wisuda kakakku maka yang hadir di Samarinda hanya A’ba. Selain itu aku juga mengambil kuliah online di Madinah International University namun sejak co-as aku jarang ikut kuliah. 2 minggu di Majene untuk bersantai telah mengumpulkan kembali energiku untuk terjun langsung menjadi PTT di daerah pedalaman Mamuju. Cukup tragis 20 KM dari jalan Negara dan hanya bisa ditempuh oleh mobil offride,motor atau kuda bisa juga dengan perahu jika debit air lagi naik. Banyak keluargaku yang menyarankan untuk tidak mengambilnya namun itulah tujuanku masuk FK. Gaji 8 juta perbulan kukira sangat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhanku. 3 bulan pertama kurasakan betul kesibukan karena dokter sebelumnya ternyata sudah hengkang sebelum habis kontrak. Masyarakat disanapun mulai menerimaku dengan sangat baik. Kulkasku tak pernah kosong karena budaya balas budi mereka yang begitu tinggi membuat mereka ikhlas dan bahkan merasa sangat berhutang jika ada hasil kebun dan sebagainya yang tidak aku nikmati. Begitu pula dengan aku, aku memperkenalkan budaya positif kota kepada mereka. Dalam sisi keaagamaan aku kadang menjadi imam jika imamnya tidak datang karena mereka sudah mendengar bacaanku. Bahkan aku disarankan jadi kepala desa namu aku menolaknya dengan halus aku katakana pada mereka bahwa menjadi seorang dokter itu berat dan masih banyak yang harus dibenahi disini tentang kesehatan. 3 bulan kemudian aku telah membawa uang 24 juta ya gajiku 3 bulan telah aku terima. Aku pulang ke Majene dan membahagiakan keluargaku. Setelah itu aku ke Makassar aku membeli perangkat wireless karena aku ingin lanjutkan kuliahku. Untung sudah ada provider yang masuk ke desa itu jadi aku bisa melanjutkan kuliahku yang tertunda. 9 bulan kemudian, aku telah menyelesaikan semua mata kuliah dan akupun dipanggil ke Madinah untuk ikut sidang meja. Aku sebenarnya bisa membawa satu orang untuk mendampingiku ke Madinah tapi A’ba mengusulkan agar aku menyimpan uangku untuk kepentingan lain. A’ba, Ummi Ipa dan Hajir hanya mengantarku sampai Makassar. 2 minggu sudaj aku di Madinah. Aku memang tidak berniat umrah karena sudah terlalu lama aku meninggalkan masyarakat desaku. Tiba kembali di Bandara Internasional Hasanuddin, aku bertemu dengan Ahmad kebetulan dia mau menjemput beberapa teman yang datang Dari Bandung. Jadilah aku ikut menunggu mereka. Rata-rata mereka sudah menyusun dan Ahmad sendiri sedang co-as. Aku sekarang lebih unggul dari mereka aku sudah bekerja dengan gaji yang besar dan aku juga baru saja menyandang gelar Lc. Di belakang namaku. Mereka kagum padaku dan saya yang lebih kaget lagi karena dhani yang dari ITB ternyata telah menghubungi orang WI agar aku yang memberikan ceramah pada ta’lim malam ahad besok. Ya, aku ingin berbagi ilmu. Hari Sabtu siang aku jalan-jalan ke sekolah dan bertemu dengan hampir semua guru bahkan P’ Syam memintaku membawakan kultum setelah tau ternyata aku dari Madinah. Sebagian orangpun kaget siapa ini orang. Sebelum kultum P’Syam memperkenalkanku. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hari ini kita akan mendengarkan kultum yang sedikit berbeda karena akan dibawakan oleh alumni SMA 17 yang sekarang sudah bekerja sebagai Kepala PUSKESMAS PEMBANTU desa Tommo dan ananda ini juga baru saja menyelesaikan kuliahnya di Madinah International University jurusan ilmu tafsir. Kepada ananda Zulkifli faliyatafaddalu. Aku tentu malu dan bangga dan terharu karena aku kembali kultum di mimbar ini. Cukup 7 Menit aku kultum. Setelah itu bayak siswa yang guru yang aku salami dan aku tidak segan-segan duduk lagi bersama adik-adik kelasku dan menjalin dialog singkat dengan mereka. Aku kemudian berjlan keliling sekolah, makan di kantin bertemu orang2 di sekolah dan akhirnya aku bersantai di Masjid sampai asrama terbuka. Ketika asrama terbuka aku pun masuk seperti 5.5tahun yang lalu. Saat aku mengambil piring dan berjalan ke meja lauk, (mungkin adik itu ketua asrama cewek) menatap aneh sampai daeng Pa’ja keluar dan menegurku dan akupun menyapanya lalu menelungkupkan tangan di dada. Talking-talking dengan daeng Pa’ja sambil makan lalu Mba’ Indah juga keluar dan jadilah pembicaraan kami. Sampai selesai makan siang. Aku kemudian minta izin ke Ibu untuk tinggal sampai sore di asrama karena rencanany Dhani akan menjemputku di asrama. Aku tidur di kamar 1, pemiliknya cukup bersih dibanding saya dulu.
Setelah ta’lim, Pak Syam menelponku lagi dan memintaku mengisi materi pada acara LDKI yang dilaksanakan hari senin, dan seminar snack hari selasa. Aku menerima permintaan pertama namun yang kedua aku tak bisa menerimanya. Setelah ta’lim dan jalan-jalan sejenak akhirnya aku memutuskan kembali ke asrama dan dengan sangat malu-malu aku minta izin untuk menginap di malam senin ini saja. Tau aku menginap, Dr Kadir malah memintaku mengisi ceramah subuh hari senin. Karena aku juga tidak ada kegiatan di pagi hari maka akupun lagi-lagi menyetujuinya. Subuhnya aku benar-benar menjadi penceramah bagi jamaah yang dulu satu saf denganku, satu majelis denganku. Dr. Kadir mengakui kehebatanku apalagi yang lain. Setelah memberikan materi di LDKI eh aku dapat fee (200.000) aku menolaknya tapi P’ Syam dan adik-adik panitia memaksa. Aku tidak membawa pulang uang itu. Uang itu habis kubagi di sekolah. Setelah itu aku langsung pulang ke Majene, untungnya armada ke Majene sudah ditambah dan tak ada lagi rongsokan. Aku memutuskan naik yang eksekutif da tidur di jalan dengan nyaman. Tiba di Majene ya santai lagi. Hari Kamis aku sudah diantar Hajir ke desa saat jalannya sudah lebih baik. Kujalani kembali tugasku sebagai abdi masyarakat. Bulan pertama tahun kedua aku bersama warga berusaha meningkatkan kualitas jalan. Dan beberapa bulan kenudian aku telah mencicil sebuah mobil LandCruser. Masa kontrakku hampir habis namun pemuka desa menginginkanku tetap disini. A’ba ummi juga sudah pensiun dan sesekali datang tinggal di desa.